Skrining Pada Bayi Baru Lahir

Dengan mendeteksi dini suatu penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir, diharapkan si Kecil bisa mendapatkan terapi yang sesuai dan tumbuh kembang bayi bisa berjalan dengan optimal. Lebih jelasnya, terdapat 3 tipe skrining yang dapat dilakukan oleh bayi baru lahir, yaitu :

 

1. Skrining Pendengaran bayi baru lahir (disarankan usia 0-28 hari)

Dilakukan hanya untuk menunjukkan ada/tidaknya respon terhadap rangsangan dan intensitas tertentu dan tidak mengukur beratnya gangguan pendengaran. 

 

2. Skrining Penglihatan untuk bayi prematur (disarankan usia 2-4 minggu)

Dilakukan untuk untuk mendeteksi dini ROP (Retinopathy of prematurity), sehingga dapat dilakukan terapi yang sesuai untuk mencegah terjadinya kebutaan.

 

3. Skrining Hipotiroid (disarankan usia 48-72 jam)

Mendeteksi dini adanya hipotiroid kongenital/bawaan. Hipotiroid adalah keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid. Kelenjar yang berbentuk seperti kupu-kupu terletak pada bagian depan leher. Kelenjar ini mengeluarkan hormon antara lain hormon tiroksin yang berperan penting pada proses tumbuh kembang anak.

 

Skrining pada bayi baru lahir bisa dilakukan secara rutin atau bisa juga pada saat bayi memiliki kondisi khusus setelah ia dilahirkan. Berdasarkan penjelasan di atas, skrining disarankan pada usia 0-28 hari atau biasanya sebelum bayi pulang ke rumah.

 

Nah, setiap melakukan skrining memiliki waktunya tersendiri sesuai usia yang disarankan. Mamy bisa konsultasikan terlebih dahulu pada dokter untuk penanganan lebih lanjut.

 

Semoga info yang Poko bagikan kali ini bisa bermanfaat yaa..

Yuk, share ke teman dan keluarga lainnya agar semakin banyak yang mengetahui tentang info ini.

 

 

 

 

• Bila ada topik yang Mamy inginkan untuk diangkat pada artikel MamyPoko yuk inbox usulan Mamy di FB MamyPoko Indonesia atau direct message di IG MamyPokoID

• Jangan lupa untuk bergabung di Pokojang Point Program untuk dapat hadiah sesuai pilihan